9.17.2008

Yang Dilakukan Makmum Saat Imam Membaca Surat Dalam Shalat

Kalian sering denger gak sih ada makmum yang ngikutin apa yang dibaca imam saat shalat berjama'ah? atau dia malah baca surat sendiri? Hmmmm aku sih yakin jawabannya iya, karena banyak kejadian seperti ini atau malah kalian salah satu pelakunya hayooo ngakuuu hehehe lol. Sebenernya yang bener tuh kita harus diam aja apa ngikutin apa yang dibaca imam sih pada saat imam baca surat Al-Quran tuh?

Ng... kalo secara logikaku yah:
1. Imam kan pemimpin, ya udah biar aja dia yang ngebaca surat, kita dengerin. Lagian kan kata Rasulullah kalo ada yang baca Quran tuh kita dengerin, jadi ya... kita diem aja denger pak Imam baca ampe selesai.
2. Kalo misalnya kita baca surat sendiri, pak Imam juga baca surat sendiri, trus kalo bacaan pak Imam salah, siapa dong yang ngebenerin? kan kita juga sibuk baca surat kita masing-masing? Trus iya kalo kita ngebacanya bener, kalo kita juga salah baca. Siapa coba yang ngoreksi bacaan kita? ya toh?!.

Hiks... itu mah logikaku doang. Tapi agama ini kan bukan logika, agama ini adalah Qalallah Qalarrasul yaitu apa yang Allah dan Rasul Katakan, dengan kata lain dalil. so, kita tinggalkan logika, kita beralih pada dalil. Yuuksz.. kita cari tau dalilnya yuuukksz:

Rasulullah bersabda "Sesungguhnya dijadikannya imam itu agar diikuti oleh makmum, maka apabila mengucapkan takbir, ikutilah mengucapkan takbir. Janganlah membaca al-Qur’an, diam dan dengarkanlah." (HR Abu Daud, Muslim & Abu Uwanah).

So, makmum yang mendengarkan bacaan imam tidak perlu lagi turut membacanya. Sabda Rasulullah ”Barang siapa yang sholat bermakmum maka bacaan imam adalah menjadi bacaannya juga.” (HR Daruquthni, Ibnu Majah & Ahmad). Ini untuk sholat-sholat yang jahr (imam mengeraskan bacaannya).

So, diam saat imam membaca al-Qur’an menjadi syarat kesempurnaan bermakmum. Ya gak diam bener-bener diam doang yang jadinya ngelamun atau ngantuk... tapi kita disuruh untuk mendengarkan bacaan sang Imam. Jadi, kalo Imam salah membaca Al-Quran, kita bisa mengingatkan:

Abu Daud, Ibnu Hibban dan Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah menyuruh
membetulkan imam yang salah membaca al-Qur’an. Beliau pernah melakukan sholat dan salah dalam membaca al-Qur’an. Usai sholat Beliau bertanya kepada Ubay, "Apakah engkau sholat bermakmum dengan saya?" Ubay menjawab "Benar" Beliau menimpali "Kenapa tidak membetulkan bacaanku yang salah?."

Ada cerita bahwa sebelumnya Rasulullah membolehkan makmum membaca al-Fatihah dengan keras. Akan tetapi pada suatu sholat Subuh Beliau merasa terganggu oleh bacaan seorang makmum. Setelah selesai sholat Beliau bersabda ”Apakah kalian tadi ikut membaca bacaan imam?” Mereka menjawab “Benar, akan tetapi dengan cepat wahai Rasulullah” Rasulullah berkata “Janganlah kalian lakukan kecuali kalian membaca al-Fatihah. Sesungguhnya tidak sah sholat seseorang kecuali membacanya.” (HR Bukhari, Abu Daud & Ahmad).

Tetapi kemudian membaca cara ini dilarang oleh Nabi. Yaitu ketika Rasulullah kembali dari sholat jahr (sholat yang dibolehkan membaca al-Qur’an dengan keras). Dalam sebuah riwayat dikatakan peristiwa itu terjadi pada sholat Subuh. Beliau bersabda ”Adakah tadi kalian mengikutiku membaca al-Qur’an dengan suara keras?” Seseorang menjawab ”Aku wahai Rasulullah” Nabi berkata ”Kenapa ada yang membaca demikian sehingga mengganggu bacaanku?” Abu Hurairah berkata ”Maka para sahabat berhenti membaca al-Qur’an dengan keras dalam sholat dimana Rasulullah mengeraskan bacaannya ketika mereka mendengar teguran dari Rasulullah. (Mereka membaca tanpa suara pada sholat dimana imam tidak mengeraskan bacaan)” (HR Malik, Humaidi, Abu Daud dan Bukhari).

Kalo yang di atas tadi dalil kalo kita di suruh diem dengerin bacaan imam untuk sholat-sholat yang jahr (imam mengeraskan bacaannya). Nah... kalo pak Imam tidak mengeraskan bacaannya yaitu pada saat shalat Dzuhur dan Asar... beda lagi perlakuannya....

Adapun pada sholat-sholat yang harus membaca tanpa suara, Rasulullah telah menetapkan keharusan membaca al-Qur’an padanya. Jabir berkata ”Kami membaca al-Faatihah dan surah al-Qur’an pada sholat Dzuhur dan Ashar dibelakang imam pada dua rakaat pertama, sedangkan pada dua rakaat berikutnya membaca al-Faatihah (saja).” (Riwayat Ibnu Majah).

Pada sholat Subuh dan pada rakaat pertama dan kedua pada sholat Maghrib dan ’Isya, Rasulullah membaca al-Faatihah dan surah lainnya dengan suara keras. Sedangkan pada sholat Dzuhur dan Ashar Beliau membacanya dengan tanpa suara. Para sahabat mengetahui apa yang dibaca oleh Rasulullah dalam sholat-sholat yang tanpa suara dari gerakan jenggotnya dan terkadang Nabi sendiri memperdengarkan bacaannya. Demikian penjelasan Bukhari dan Abu Daud. Beliau juga membaca dengan mengangkat (mengeraskan) suara pada sholat Jum’at , ’Idul Fitri, ’Idul Adha, Istisqa’ (sholat meminta hujan), dan sholat Kusuf (gerhana).

Ohya sekalian. Kalo abis baca al-Faatihah harus baca surat lagi gak ya?

Setelah membaca al-Faatihah, Rasulullah membaca surah lainnya. Terkadang membaca surah panjang dan kadang surah pendek karena suatu penyebab seperti sedang dalam perjalanan, sakit batuk atau sakit lainnya. Atau mendengar tangis anak kecil sebagaimana yang disebutkan oleh Anas bin Malik ra.

Tapi boleh juga kok kalo cuma baca Alfatihah aja ...
Mu’adz pernah sholat Isya berjamaah dengan Rasulullah di akhir waktu, lalu pulang. Disana ia sholat lagi bersama sahabat-sahabatnya sebagai imam. Dalam jamaah itu terdapat seorang anak muda bernama Sulaim dari bani Salamah. Anak muda itu gerakan sholatnya terlalu lama, maka ia keluar dan sholat sendiri di pojok masjid. Usai sholat ia bergegas keluar masjid dan menunggang untanya langsung meninggalkan tempat itu. Setelah sholat Mu’adz diberitahu akan kejadian ini. Ia berkata ”Sungguh hal ini perbuatan munafik!. Aku akan laporkan apa yang diperbuatnya kepada Rasulullah.” Anak muda itu juga berkata ”Aku juga akan adukan apa yang dilakukan kepada Rasulullah.” Keesokan harinya mereka datang kepada Rasulullah. Mu’adz mengadukan apa yang dilakukan anak muda itu, dan anak muda itupun melaporkan apa yang diperbuat oleh Mu’adz. Ia berkata ”Wahai Rasulullah dia telah sholat yang lama denganmu. Lalu ia pulang dan mengimami kami dengan lama”. Rasulullah menjawab ”Wahai Mu’adz akankah engkau membuat fitnah?” Rasulullah bertanya kepada anak muda itu ”Apa yang engkau lakukan dalam sholatmu?” Ia menjawab ”Aku membaca al-Faatihah, lalu berdoa memohon surga kepada Allah, dan berlindung dari siksa neraka. Aku tidak tahu apa yang engkau baca dengan suara lirih dan yang dibaca Mu’adz” Nabi menyahut ”Aku dan Mu’adz seperti ini (telunjuk dan jari tengah).” Anak muda itu berkata ”Akan tetapi Mu’adz akan tahu kalau musuh datang, sedangkan mereka telah diberitahu bahwa musuh telah datang di tempat mereka.” Orang yang meriwayatkan hadits ini berkata ”Kaum tersebut kemudian datang menyerang dan anak muda itu gugur sebagai syahid. Lalu Rasulullah bersabda kepada Mu’adz ”Setelah peristiwa itu bagaimana kamu dengan orang yang mengadukanmu kepadaku?” Mu’adz menjawab ”Wahai Rasulullah, Allah Mahabenar dan saya keliru. Anak muda itu telah gugur sebagai syahid.” (HR Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Ahmad, Abu Daud, Bukhari & Muslim)

Nah.... sekarang udah tau hukumnya kan?... jangan balap-balapan baca Quran sama pak Imam shalat lagi ya.... hehehe.
/>

6 komentar:

  1. Wah informasinya betul2 akurat mbak, saya jadi tambah ilmu nih. makasih ya mbak. ga balapan lagi deh ma imam. hehehe.

    BalasHapus
  2. ya.. sama-sama Luthfi.. hehe bagus deh Alhamdulillah.

    BalasHapus
  3. mantabh....
    ternyata 9itu toooh,
    yayaya

    ajibh inf0'a

    BalasHapus
  4. Subhanallah...
    Jujur selama ini saya masih bngung dan ragu ktika menjadi makmum apakah mengikuti imam membaca surat atau tidak.
    Terimakasih...

    BalasHapus
  5. jika kita jadi makmum sholat dzuhur dan ashar tp tidak tau imam membaca surat pendek apa, apa yg harus dilakukan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalaamu'alaykum mba Fadhia Sholeha,

      Seperti yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah di atas, saya kutipkan lagi di sini yaaa....
      "Adapun pada sholat-sholat yang harus membaca tanpa suara, Rasulullah telah menetapkan keharusan membaca al-Qur’an padanya. Jabir berkata ”Kami membaca al-Faatihah dan surah al-Qur’an pada sholat Dzuhur dan Ashar dibelakang imam pada dua rakaat pertama, sedangkan pada dua rakaat berikutnya membaca al-Faatihah (saja).” (Riwayat Ibnu Majah)."
      Di sana dikatakan ”Kami membaca al-Faatihah dan surah al-Qur’an pada sholat Dzuhur dan Ashar dibelakang imam", kami yang dimaksud di sini berarti makmum, jadi fokus kita adalah menjadi kita sendiri yaitu menjadi makmum yang tugas kita dalam shalat duhur atau asar adalah membaca Al-Fatihah sendiri tanpa mengikuti bacaan imam. Kita sebagai makmum tidak ada kewajiban mengetahui atau mendengarkan bacaan imam karena memang duhur dan asar adalah shalat yang bacaannya tidak dikeraskan. Jadi kita tidak akan mendengarkan bacaan imam. Allaahu a’lam.

      Hapus

Terima kasih atas komentar Anda di blog ini. :)

-- Admin Dourbest2day.blogspot.com --