2.16.2009

Meringankan Hukuman Anak

Tidak diragukan lagi sesungguhnya anak-anak memiliki kemampuan akal yang lebih rendah daripada orang dewasa. Dengan demikian, jika Anda akan memberikan hukuman atas kesalahan yang mereka lakukan, maka hukumlah mereka pada sebagian perbuatannya dan maakanlah mereka pada bagian yang lainnya.

Allah mensifati anak-anak wanita sebagai as-Sufahaa' (orang-orang yang belum sempurna akalnya). Hal ini secara keseluruhan sebagaimana diungkapkan oleh para ulama tafsir di dalam makna firman Allah:

"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik." (QS An-Nisaa':5)

Diungkapkan di dalam kitab Fiq-hut Ta'aamuk bainaz Zaujaini, firman Allah:

"Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari isteri-isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah), dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafsah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu Hafsah bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu? "Nabi menjawab:" Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal ". (QS. at-Tahrim (66) : 3)

Dijelaskan bahwa jika seorang wanita melakukan kesalahan sebanyak sepuluh kali, maka hukumlah mereka pada lima atau enam kesalahan mereka, dan tinggalkanlah kesalahan yang lainnya, karena Allah berfirman tentang Nabi-Nya:
"...lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah)..." (QS. at-Tahrim (66) : 3)

Demikian pula yang terjadi pada anak-anak di dalam masalah ini.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim (no 2768 dan 2309) dari hadist Anas Radhiallahu 'Anhu, beliau berkata:
Sepuluh tahun aku membantu rumah Rasulullah, demi Allah, tidak pernah aku mendengar kata 'uff (ah)' sekalipun dari beliau, tidak pula beliau mengatakan, "Kenapa engkau melakukan ini?" atau "Kenapa engkau tidak melakukan ini?"

Hadis ini tidaklah difahami meninggalkan hukuman secara keseluruhan, karena Nabi pun memberikan hukuman pada satu kesempatan dan meninggalkannya pada kesempatan yang lain.

Diriwayatkan oleh Muslim hal. 670 dari hadis 'Aisyah, beliau berkata:
"Maukah kalian aku ceritakan tentang diriku dan Rasulullah?" Kami menjawab, "Tentu saja" (perawi) berkata, "'Aisyah berkata,'Pada suatu malam Nabi berada di rumahku, beliau datang dengan menyimpan selendangnya, membuka sepasang sendalnya dan meletakkan keduanya di dekat kakinya, lalu beliau menghamparkan ujung kainnya pada tempat tidur , kemudian beliau membaringkan dirinya, tidak lama kemudian -setelah beliau menyangka aku sudah tidur- beliau mengambil kembali selendangnya pelan-pelan dan memakai sandal pelan-pelan pula, kemudian beliau membuka pintu dan menutupnya dengan sangat hati-hati. Akhirnya aku mengambil baju dan memakainya di kepala, mengambil kerudung dan kain, selanjutnya aku mengikuti beliau dari belakang sehingga beliau sampai di Baqi' (kuburan) dan berdiri di sana, lama beliau berdiri. Lalu mengangkat kedua tangannya sebanyak tiga kali. Selanjutnya beliau pergi dan akupun pergi, beliau berjalan cepat aku pun berlari kecil, beliau berlari kecil aku pun demikian dan beliau berlari kembali aku pun berlari seperti beliau sehingga aku mendahuluinya masuk, ketika beliau masuk aku sedang berbaring, lalu beliau bertanya, "Apakah yang terjadi padamu wahai 'Aisy! kenapa engkau terngah-engah?" "Tidak ada apa-apa," jawabku. Rasul berkata, "Beritahukanlah kepadaku Allah yang Maha Lembut lagi Maha Mengetahui akan memberitahukannya kepadaku." Aisyah berkata, "Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Ibu dan bapakku sebagai tebusannya." Lalu aku memberitahukannya, Rasul berkata, "Engkaukah bayangan hitam yang ada di depanku?" "Ya, betul," jawabku. Lalu beliau mendorong dadaku sehingga aku merasakan sakit."

Di samping hal itu, sesungghnya Allah tidak menyukai kerusakan, maka jika anak-anak melakukannya, wajib atas orang tua melarang mereka dan mengarahkan mereka agar melakukan segala perbuatan yang bermanfaat, karena sesungguhnya nasihat adalah kewajiban atas setiap muslim terhadap muslim lainnya.

Wahai para orang tua, Anda bukanlah orang yang ma'shum (terhindar dari kesalahan)

Terkadang Anda melakukan kesalahan ketika berinteraksi dengan anak-anak, terkadang Anda melakukan kekerasan padahal keadaan yang ada membutuhkan kelemahlembutan atau terkadang Anda mencela mereka padahal sebenarnya mereka membutuhkan pujian terima kasih dari Anda. Kala itu tidak ada jalan lagi kecuali Anda harus lega hati dengan kembali kepada kebenaran dan memohon maaf kepada mereka dengan cara tetap menjaga kedudukan Anda sebagai seorang ayah, dan menjaga hak anak sebagai seseorang yang terdzalimi karena sikap yang telah Anda lakukan.

Sesungguhnya Allah telah memberikan perintah kepada setiap anak agar berbuat baik kepada kedua orang tua.

"Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah selain kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapa mu. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : "Ya Rabbi, kasihanilah mereka kedua-duanya, sebagaimana mereka berdua telah menyantuni aku waktu kecil." (Al Isra'23-24).

Kemudian Allah menyertakan ayat-ayat tersebut dengan firman-Nya:
"...Jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat." (QS. Al-Isra':25)

Hal ini karena orang-orang baik pun yang terkenal dengan kebaikannya dan hatinya penuh dengan kecintaan kepada kedua orang tua, terkadang mereka salah sikap terhadap kedua orang tuanya. Kala itu, tegasnya ketika mereka melakukan kesalahan, maka sesungguhnya pintu untuk bertaubat masih sangat terbuka dan pintu ampunan masih lebar, karena itu:

"...maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat" (QS. Al-Israa':25)
Tegasnya bagi orang-orang yang kembali kepada-Nya setelah mereka melakukan kesalahan. Maka Allah mengampuni mereka.

Demikian pula halnya seorang anak, bahkan secara umum sesungguhnya Allah Maha pemaaf bagi setiap orang yang kembali kepada-Nya.

[Dikutip dari buku Ensiklopedi Pendidikan Anak, Jilid 1, MUshthafa al-'Adawi]



/>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda di blog ini. :)

-- Admin Dourbest2day.blogspot.com --