8.29.2010

Keyakinan Membawa pada Kenyataan

Allahu Akbar... Itulah kata yang tepat untuk menyatakan kebesaran Allah. Cerita di bawah ini aku copast dari tag seorang teman di Facebook tentang keyakinan seorang yang ingin berhaji dan subhanallah... karena Allah berkehendak untuk dia akan berhaji, maka Allah bukakan jalan dia untuk itu. Sekaligus ingin membukakan jalan barangkali ada dari pembaca yang ingin beramal dan membantu sang penjaga mushalla untuk merealisasikan niatnya. Semoga Allah menghendaki bapak tersebut untuk dipanjangkan umurnya dan bisa pergi haji sesuai dengan apa yang dia impikan dan diberikan kemudahan atas segala urusannya. Amin.


Sang Penjaga Mushola Yang Ingin Naik Haji
——————————————————
Suatu ketika saya hendak kembali ke Jogja dari Bandung dan berencana naik kereta api Malabar yang berangkat dari Stasiun Hall Bandung jam 15:30. Rupanya hari itu saya keasyikan melewatkan waktu siang ditambah dengan lalu lintas kota yang cukup padat, sehingga terlambat tiba di stasiun. Sebagai gantinya saya mencari karcis kereta jam-jam sesudahnya, karena sebelumnya saya sempat menilpun call centre katanya tiket masih banyak. Ternyata sore itu semua tiket kereta menuju arah timur untuk hari itu sudah habis. Mencoba menghubungi agen travel sebagai alternatif ternyata juga sudah tidak tersedia perjalanan hari itu.
Saya memutuskan untuk menginap semalam di Bandung dan pulang ke Jogja dengan kereta besok paginya. Sementara saya dheleg-dheleg (terbengong-bengong) karena harus menunda kepulangan ke Jogja, mampirlah saya ke mushola yang ada di ujung kiri stasiun, untuk sholat Dzuhur wal-Ashar, sambil berdoa agar pikiran tidak kemrungsung dan semoga ada pencerahan. (Jadi kalau lain kali Anda dheleg-dheleg, dimanapun Anda berada, mampirlah ke mushola atau masjid terdekat. Insya Allah akan menemukan hikmahnya. Tapi ya sholat, jangan hanya pindah dheleg-dheleg).
Usai sholat saya sempatkan mengobrol dengan penjaga mushola yang ternyata orangnya beda dengan yang pernah saya jumpai beberapa bulan sebelumnya. Dari obrolan dengan penjaga mushola yang belakangan saya ketahui bernama pak Syahroni itu saya ditanya : “Tadi tidak ada orang yang nawarin tiket?”. Saya langsung paham apa yang dimaksud, pasti beli tiket ke calo. Sejenak kemudian saya pamit kepada pak Syahroni sambil menitipkan tas. Saya hendak melihat-lihat ke bagian penjualan tiket di stasiun siapa tahu dapat inspirasi.
Benar juga. Saya dihampiri seorang bapak tua yang katanya bisa mengusahakan tiket ke Jogja malam itu. Tapi harga tiketnya Rp 100.000,- lebih mahal di atas harga loket. Tanpa pikir panjang langsung saya setujui, ketimbang harus menginap semalam di Bandung. Akhirnya saya berhasil mendapatkan tiket KA Lodaya keberangkatan jam 8 malam, dengan harga calo tentu saja.
Menunggu waktu keberangkatan malam harinya, sore itu saya memiliki banyak waktu luang yang kemudian saya habiskan untuk mengobrol dengan pak Syahroni sang penjaga mushola. Rupanya pembicaraan semakin mengasyikkan dan akrab. Bahkan pak Syahroni yang tidak punya pekerjaan tetap selain mengurusi mushola stasiun itu menawari saya untuk dipesankan minuman ke kedai di dekat situ, juga menawari akan dibelikan rokok. Tentu saja, yang pertama saya setujui tapi yang kedua saya tolak. Tak terasa obrolan terus berlanjut hingga masuk waktu maghrib bahkan isya, sampai akhirnya saya berpamitan sesaat menjelang keberangkatan kereta Lodaya yang akan meninggalkan Bandung.
***
Pak Syahroni yang kini bertempat tinggal di daerah Soreang, Bandung, bersama seorang istri dan ketiga anaknya itu rupanya seorang yang sederhana tapi berwawasan cukup luas. Meski sehari-harinya bertugas mengurusi dan menjaga mushola, namun beliau sering diminta untuk mengisi pengajian agama di lingkungan pegawai stasiun Bandung. Di kampungnya pun beliau membantu memberi pengajaran agama kepada sekitar 40 orang anak-anak di lingkungan rumah tinggalnya. Semuanya dilakukan semata-mata untuk tujuan ibadah tanpa berharap imbalan, alias dilakukannya dengan gratis. Di kampungnya pula pak Syahroni sering terlibat dan dipercaya mengisi kegiatan keagamaan.
Sudah 18 tahun pak Syahroni (kini berusia 45 tahun) menekuni pekerjaannya sebagai penjaga mushola stasiun tanpa pernah mengeluh. Tanpa gaji, tanpa honor, dan satu-satunya sumber penghasilannya adalah dari pemasukan kotak infak mushola stasiun yang dibagi dua dengan seorang teman kerjanya sesama penjaga mushola (yang juga pernah saya kenal, bernama pak Nanang). Hasil infak itu pun masih dipakai sebagiannya untuk biaya operasi mushola antara lain untuk perbaikan-perbaikan kecil, kebersihan, dsb. Bisa saya bayangkan, pasti tidak seberapa nilai “take home pay” yang bisa diperolehnya untuk menghidupi keluarganya.
Di balik semangatnya untuk terus ingin mengurus mushola dan menekuni pengabdian ibadahnya mengajarkan agama kepada siapapun tanpa berharap imbalan lebih, pak Syahroni memimpikan ingin pada suatu saat nanti bisa pergi menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Pak Syahroni menceritakan impiannya itu sambil tertawa, seolah menyadari bahwa impiannya itu memang sekedar impian yang nyaris tak mungkin bakal terwujud. Namun beliau sangat yakin bahwa jika Allah menghendaki maka tidak ada yang tidak mungkin. Bahkan saking kepinginnya untuk dapat pergi ke Mekkah, tanpa ragu-ragu setiap kali membicarakan tentang ibadah haji, dengan percaya diri pak Syahroni mengatakan kepada siapapun: “Insya Allah tahun depan saya akan pergi ke tanah suci”. Kini entah sudah tahun ke berapa kalimat itu diwiridkannya. Tapi doanya tak pernah putus.
Tentu saja, saya harus memberi dorongan semangat kepada beliau. Bak seorang “tukang kompor” (motivator, maksudnya), saya katakan : “Benar pak, jangan berhenti berharap dan berdoa. Insya Allah impian bapak akan terwujud. Dan, Insya Allah jika umur saya panjang, saya ingin menyaksikan bapak benar-benar berangkat ke tanah suci pada suatu saat nanti”.
***
Pengalaman sejenak bersama pak Syahroni itu saya tuliskan sebagai cersta (cerita status) di Facebook, sekedar ingin berbagi pengalaman kepada sahabat-sahabat saya di Facebook. Bunyi status saya begini:
Sdh 18 th ngurus mushola stasiun. Tanpa gaji ato honor, mlainkn hasil kotak infak. Pak Syahroni (45 th), asal Soreang, kpingin skali naik haji. Stiap thn mngatakn: “insya Allah thn depan ke tnh suci”. Kini entah sdh thn ke brp kalimat itu diwiridkan. Tp doanya tak pernah putus. Melihat niat tulusnya, kubilang: “Pak, insya Allah jika umur sy panjang, sy ingin mnyaksikan Bpk benar2 brngkat ke tanah suci…”. (02/08/2010)
Setelah saya mem-posting status di Facebook itu, ternyata beberapa sahabat memberi respon yang di luar dugaan saya yang membuat saya merinding dan membangkitkan semangat. Beberapa sahabat malah berniat ingin menyumbangkan sejumlah dana untuk pak Syahroni. Maka kutulis cerita status berikutnya:
Awalnya hnya ingin sharing pngalaman ‘3 jam brsama sang penjaga mushola’ di stasun Bandung. Pak Syahroni, pnjaga mushola itu ingin skali naik haji, tp satu2nya smber pnghasilan adlh kotak infak. Sy lalu mnjelma mnjd “tukang kompor”. Sy yakinkan: “Insya Allah, niat Bpk akn terwujud. Jngn brhenti berdoa”. Respon rekan2 sungguh mmbuat sy merinding, ketika ada 4 rekan berniat sedekah @Rp 1 juta. (03/08/2010)
Sebenarnya saya sendiri tidak pernah berencana membantu pak Syahroni dari sisi materi, melainkan dalam hati saya berniat membantunya dengan doa. Maka saya pun menuliskan cerita status berikutnya:
Msh ttg impian pak Syahroni (18 th mjd pnjaga, muadzin & imam mushola stasiun Bandung) utk naik haji, sdg pnghsilannya hnya dr kotak infak. Sy tdk prnah brencana mmbantu kcuali dg doa, tdk jg prnh brniat mnggalang dana apalg jd Panitia. Tp mmbaca respon para sahabat, sy jd brgairah spt ktika mlm Jum’at tiba (utk lbh bnyak tadarus, maksudnya) & adrenalin sy mningkat spt ktika mndaki gunung. (03/08/2010)
Siang tadi sy bicara via telp dg pak Syahroni. Trdengar dr bicaranya beliau terkejut, dgn terbata2 mngucap syukur & ‘hatur nuhun’. Sgr akan dibuka Tabungan Haji a/n beliau, shg siapapun yg berniat sedekah utk pak Syahroni, tinggal transfer ke rek tsb (boleh jg via sy). Ini akan mnjd bukti ksungguhan seorg hamba utk mmnuhi undangan Khaliknya. Kekurangannya biar Sang Pengundang yg mnggenapi. (03/08/2010)
Pak Syahroni ini memang bukan apa-apa saya, selain sekedar seseorang yang baru saya kenal di stasiun Bandung. Namun semangatnya untuk bisa menunaikan ibadah haji sungguh sangat menginspirasi, bahkan di mata sahabat-sahabat saya yang tersentuh hatinya untuk berempati kepada pak Syahroni. Kemudian saya pun menuliskan cerita status berikutnya:
Prlu dketahui bhw pak Syahroni ini bkn apa2 sy. Ttangga bkn, famili apalg, teman jg br kenal, tinggalnya pun jauh. Tapi kesungguhan & ketulusan niatnya utk pergi haji benar2 mnginspirasi sy. Klo ada yg tanya knapa mau repot2 mmbantunya? Sy tdk tahu. Smua trjd bgitu sj tnpa prnah sy rencana. Brngkali itulah jln rejeki bg pak Syahroni.. “min khoitsu laa yahtasiib (dr sumber yg tak trduga)”. (04/08/2010)
Hingga akhirnya atas bantuan seorang teman di Bandung, pak Syahroni telah membuka rekening Tabungan Haji. Saya tuliskan dalam cerita status saya:
Mmfasilitasi semangat brsedekah rekan2 FB utk pak Syahroni, pnjaga mushola stasiun Bdg (lihat status2 sy sblmnya). Hr ini telah dibuka rekening Tabungan Haji a/n Pak Syahroni di bank Mandiri No. Rek. 132-00-1019316-8, dg setoran awal Rp 8,5 jt. Sy pesankan kpd beliau: “Jaga niat seolah2 bpk akn sgr brngkt ke tanah suci…. Tabunglah brppun rejeki yg bpk ada & tdk usah dipikir kurangnya, biar Allah swt yg menggenapi…”. (09/08/2010)
Alhamdulillah, hingga saat ini telah terkumpul saldo sejumlah Rp 9,5 juta di rekening Tabungan Haji pak Syahroni. Memang masih jauh dari jumlah minimal yang diperlukan untuk memperoleh nomor urut daftar tunggu.
Ucapan terima kasih ingin saya sampaikan kepada segenap sahabat yang dengan niat tulus ikhlasnya mentransfer sejumlah dana untuk pak Syahroni. Bukan soal jumlah rupiahnya, melainkan berapapun nilai sedekah itu, insya Allah akan menjadi pembuka jalan bagi terwujudnya mimpi pak Syahroni untuk berkunjung ke tanah suci, entah kapan hal itu akan menjadi kenyataan. Semoga semua kebaikan para sahabat itu akan memperoleh balasan yang jauh lebih baik dari Allah swt. Amin.
NB : Jika masih ada sahabat yang ingin bersedekah untuk pak Syahroni, silakan mentransfer dananya, bisa melalui saya atau langsung ke no. rekening yang tertulis di atas dan tolong kesediannya untuk mengkonfirmasi kepada saya agar saya dapat membantu memonitornya.
Yogyakarta, 29 Agustus 2010
Yusuf Iskandar
http://yiskandar.wordpress.com/
http://madurejo.wordpress.com/
/>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda di blog ini. :)

-- Admin Dourbest2day.blogspot.com --