Redenominasi rupiah. Apa itu redenominasi rupiah? Redenominasi rupiah adalah pemotongan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya atau Redenominasi adalah proses penyederhanaan penyebutan satuan harga dan nilai. Pemotongan atau penyederhanaan ini biasanya dilakukan pada 3 digit terakhir. Seperti Indonesia yang rencananya akan menerapkan redenominasi rupiah dengan memotong 3 digit angka di belakang, misalnya Uang Rp. 1000.000,- dipotong menjadi Rp. 1000,- maka apabila gaji kita Rp 6.000.000,- setelah adanya redenominasi, gaji kita akan menjadi Rp. 6.000,-.
Taukah Anda? ternyata uang rupiah saat ini tercatat mempunyai pecahan terbesar kedua di dunia, terbesar pertama adalah mata uang Vietnam yang mencetak 500.000 Dong. Pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan nilai tukar rupiah yang mencapai 9.000 per dolar Amerika ini sama seperti nilai tukar negara miskin di benua Afrika. “Sehingga mata uang rupiah ini masuk dalam 10 uang sampah (garbage money) karena sudah sangat tidak bernilai,” paparnya.
Inilah daftar mata uang tersebut dibanding dolar Amerika Serikat:
1 Vietnam Dong 19.095 per dolar
2 Sao Tome and PrÃncipe Dobra 18.655 per dolar
3 Turkmenistan * Manat 14.250 per dolar
4 Iran Rial 10.000 per dolar
5 Indonesia Rupiah 8.957 per dolar
6 Laos Kip 8.243 per dolar
7 Guinea Franc 5.150 per dolar
8 Paraguay Guarani 4.770 per dolar
9 Zambia Kwacha 4.870 per dolar
10 Cambodia Riel 4.233 per dolar
Penyederhanaan rupiah akan membuat sistem akuntansi dan penghitungan menjadi lebih mudah. Hiks... jadi ingat saat kuliah dulu, ketika ada pelajaran akuntansi, selalu ditulis dalam ribuan atau jutaan rupiah untuk tujuan penyederhanaan yang mungkin seharusnya tidak perlu dilakukan jika sudah ada redenominasi. Kalkulatorpun harus mencari yang 12 digit, karena kalau yang 8 digit ga bisa muat. Jadi dimungkinkan dengan redenominasi ini, semua perhitungan akan menjadi lebih simple.
Takut dengan redenominasi? kalau menurut pendapatku sebagai orang awam, sebenernya tidak usah takut dengan adanya perubahan, baik itu redenominasi atau perubahan apapun, terlebih lagi jika perubahan itu akan berdampak positif bagi pembangunan negeri atau kemaslahatan bersama.
Pada saat pertama kali diberitakan, banyak kalangan yang menolak adanya redenominasi terutama masyarakat kecil dan pedagang pasar tradisional yang notabene di sana sering sekali bahkan bisa dibilang selalu menggunakan rupiah terkecil. Sebenarnya, kalau difikir, itulah resiko kita menggunakan uang kertas, uang fiat, karena walapun definisi dari redenominasi adalah pemotongan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya namun tidak bisa dipungkiri bahwa redenominasi ini juga bermakna bahwa mata uang rupiah kita semakin kehilangan daya belinya, dengan kata lain masyarakat yang memegang rupiah semakin hari semakin miskin. Kenapa demikian? Coba tanyakan langsung kepada ibu-ibu di pasar, apa yang mereka bisa dapatkan ketika mempunyai uang Rp 10.000 dahulu dengan uang Rp 10.000 saat ini. Barang apa saja yang mereka bawa pulang dan berapa banyak penurunan barang yang mereka bisa dapatkan, atau bisa juga ditanyakan kepada pengendara mobil yang sering menggunakan jasa pak Ogah. Yang dulu tarif pak Ogah adalah Rp 1.00,- sekarang dengan menggunakan rupiah terkecil menjadi Rp 1.000,- bahkan seringkali menggunakan Rp 2.000,- an karena susah mendapatkan lembaran Rp 1.000,-an. Inilah hasil dari inflasi uang fiat. Walaupun redenominasi ini berbeda kajiannya dengan inflasi, tapi sebenarnya 11, 12, adik kakak atau ga jauh beda, karna efek dari redenominasi ini menjadikan harga barang dinilai dengan rupiah terkecil yang besar kemungkinan akan menyebabkan harga barang semakin mahal (sebagai dampak pembulatan ke atas). Contoh, barang yang harganya Rp 1.350 kemungkinan akan menjadi Rp 1.500,- dengan menggunakan Rp 1 dan Rp 0,5 uang yang baru.
Sebenarnya ada satu alat tukar yang bisa digunakan untuk menghindari semua inflasi atau redenominasi atau apapun namanya, dia adalah dinar dan dirham atau bisa juga berinvestasi di emas yang pernah ditulis di sini. Yang nilainya semakin lama semakin tinggi dan tidak akan tergerus inflasi dan tidak kenal dengan yang namanya redenominasi. Mari kembali kepada dinar dan dirham sebagai alat tukar, mari bersama-sama say bye bye to inflasi dan redenominasi.
Taukah Anda? ternyata uang rupiah saat ini tercatat mempunyai pecahan terbesar kedua di dunia, terbesar pertama adalah mata uang Vietnam yang mencetak 500.000 Dong. Pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan nilai tukar rupiah yang mencapai 9.000 per dolar Amerika ini sama seperti nilai tukar negara miskin di benua Afrika. “Sehingga mata uang rupiah ini masuk dalam 10 uang sampah (garbage money) karena sudah sangat tidak bernilai,” paparnya.
Inilah daftar mata uang tersebut dibanding dolar Amerika Serikat:
1 Vietnam Dong 19.095 per dolar
2 Sao Tome and PrÃncipe Dobra 18.655 per dolar
3 Turkmenistan * Manat 14.250 per dolar
4 Iran Rial 10.000 per dolar
5 Indonesia Rupiah 8.957 per dolar
6 Laos Kip 8.243 per dolar
7 Guinea Franc 5.150 per dolar
8 Paraguay Guarani 4.770 per dolar
9 Zambia Kwacha 4.870 per dolar
10 Cambodia Riel 4.233 per dolar
Penyederhanaan rupiah akan membuat sistem akuntansi dan penghitungan menjadi lebih mudah. Hiks... jadi ingat saat kuliah dulu, ketika ada pelajaran akuntansi, selalu ditulis dalam ribuan atau jutaan rupiah untuk tujuan penyederhanaan yang mungkin seharusnya tidak perlu dilakukan jika sudah ada redenominasi. Kalkulatorpun harus mencari yang 12 digit, karena kalau yang 8 digit ga bisa muat. Jadi dimungkinkan dengan redenominasi ini, semua perhitungan akan menjadi lebih simple.
Takut dengan redenominasi? kalau menurut pendapatku sebagai orang awam, sebenernya tidak usah takut dengan adanya perubahan, baik itu redenominasi atau perubahan apapun, terlebih lagi jika perubahan itu akan berdampak positif bagi pembangunan negeri atau kemaslahatan bersama.
Pada saat pertama kali diberitakan, banyak kalangan yang menolak adanya redenominasi terutama masyarakat kecil dan pedagang pasar tradisional yang notabene di sana sering sekali bahkan bisa dibilang selalu menggunakan rupiah terkecil. Sebenarnya, kalau difikir, itulah resiko kita menggunakan uang kertas, uang fiat, karena walapun definisi dari redenominasi adalah pemotongan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya namun tidak bisa dipungkiri bahwa redenominasi ini juga bermakna bahwa mata uang rupiah kita semakin kehilangan daya belinya, dengan kata lain masyarakat yang memegang rupiah semakin hari semakin miskin. Kenapa demikian? Coba tanyakan langsung kepada ibu-ibu di pasar, apa yang mereka bisa dapatkan ketika mempunyai uang Rp 10.000 dahulu dengan uang Rp 10.000 saat ini. Barang apa saja yang mereka bawa pulang dan berapa banyak penurunan barang yang mereka bisa dapatkan, atau bisa juga ditanyakan kepada pengendara mobil yang sering menggunakan jasa pak Ogah. Yang dulu tarif pak Ogah adalah Rp 1.00,- sekarang dengan menggunakan rupiah terkecil menjadi Rp 1.000,- bahkan seringkali menggunakan Rp 2.000,- an karena susah mendapatkan lembaran Rp 1.000,-an. Inilah hasil dari inflasi uang fiat. Walaupun redenominasi ini berbeda kajiannya dengan inflasi, tapi sebenarnya 11, 12, adik kakak atau ga jauh beda, karna efek dari redenominasi ini menjadikan harga barang dinilai dengan rupiah terkecil yang besar kemungkinan akan menyebabkan harga barang semakin mahal (sebagai dampak pembulatan ke atas). Contoh, barang yang harganya Rp 1.350 kemungkinan akan menjadi Rp 1.500,- dengan menggunakan Rp 1 dan Rp 0,5 uang yang baru.
Sebenarnya ada satu alat tukar yang bisa digunakan untuk menghindari semua inflasi atau redenominasi atau apapun namanya, dia adalah dinar dan dirham atau bisa juga berinvestasi di emas yang pernah ditulis di sini. Yang nilainya semakin lama semakin tinggi dan tidak akan tergerus inflasi dan tidak kenal dengan yang namanya redenominasi. Mari kembali kepada dinar dan dirham sebagai alat tukar, mari bersama-sama say bye bye to inflasi dan redenominasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar Anda di blog ini. :)
-- Admin Dourbest2day.blogspot.com --